Oleh : Iskandar, S.Pd.I dan Ni'ma Wafiya, S.Pd.I
A. QS. An Nisa’ Ayat 58
Artinya:
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.”.
Sebab
Turunnya Ayat 58 Surat Annisa’:[1]
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari
jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh bahwa Ibnu Abbas berkata, " Ketika
Rasulullah saw. menaklukkan Mekah, beliau memanggil Utsman bin Thalhah. Ketika
Utsman bin Thalhah datang, Rasulullah saw. bersabda,"Tunjukkan kunci
Ka'bah kepadaku." Lalu dia datang kembali dengan membawa kunci ka'bah dan
menjulurkan tangannya kepada Rasulullah saw sembari membuka telapaknya. Ketika itu juga al-Abbas
bangkit lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berikan kunci itu kepada saya agar
tugas memberi minum dan kunci Ka'bah saya pegang sekaligus." Maka Utsman
menggenggam kembali kunci itu. Rasulullah saw bersabda: "Berikan kepadaku kunci
itu, wahai Utsman." Maka
Utsman berkata, "Terimalah dengan amanat Allah". Lalu Rasulullah saw bangkit dan membuka pintu Ka'bah.
Kemudian Beliau melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah.
Kemudian Jibril turun menyampaikan
wahyu kepada Rasulullah saw agar Beliau mengembalikan kunci itu kepada Utsman
bin Thalhah. Beliaupun memanggil Utsman dan memberikan kunci itu kepadanya.
Kemudian Beliau membaca ayat diatas.
Amanat:
Manusia diciptakan dengan sebuah
beban yang harus dipikulnya yakni sebuah amanat, amanat untuk taat[2]
sedangkan manusia sifatnya dzolim dan bodoh. Hal ini termaktub dalam QS.
Al-Ahzab: 72 yang berbunyi:
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”.
Pada umumnya semua manusia punya
beban amanat di pundak masing-masing, namun ada diantara manusia yang tidak
pantas dan tidak layak untuk mengemban dan menerima amanat. Hal tersebut
dikisahkan dalam sebuah hadits yang berbunyi:
قُلْتُ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَلاَ تَسْـتَـعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى
مَنْكِبِيْ، ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّـكَ ضَـعِيْفٌ، وَإِنَّـهَا
أَمَانَـةٌ، وَإِنَّـهَا يَوْمَ القِـيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ
أَخَذَهَا بِحَـقِّهَا، وَأَدَّى الَّذِي عَلَـيْهِ فِيْهَا .
Artinya:
"Wahai
Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)?” Lalu Rasulullah
memukulkan tangannya di bahuku, dan bersabda,"Wahai, Abu Dzar.
Sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini adalah amanah, dan ia
merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang
mengambilnya dengan haknya, dan menunaikannya (dengan sebaik-baiknya)".[3]
Terdapat pula di dalam Shahih Muslim, No. 3405, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنِّي أَرَاكَ ضَـعِـيْفاً، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِـنَـفْسِيْ، لاَ تَـأَمَّـرَنَّ عَلَى اثْـنَـيْنِ، وَلاَ تَوَلَّـيَنَّ مَالَ يَـتِـيْمٍ.
Artinya:
"Wahai,
Abu Dzar. Sesungguhnya aku memandangmu orang yang lemah, sedangkan aku
mencintai untukmu seperti aku mencintai untuk diriku. Janganlah kamu menjadi
pemimpin (walaupun terhadap) dua orang (saja), dan janganlah kamu mengatur
harta (anak) yatim".
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa tidak semua orang mampu dan bisa mengemban amanat,
harus disesuaikan dengan banyak faktor; kemampuan, kelayakan, latar belakang
dan sebagainya. Begitu pula dengan kepemimpinan.
B. QS. Adz- Dzariyat Ayat 55
Artinya:
“Dan
tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman”.
Ayat ini menjelaskan kepada kita
untuk saling mengingatkan atau saling menasehati antar sesama dan jangan pernah
berputus asa dalam menyampaikan hal-hal yang benar. Saling menasehati merupakan
wujud nyata dari agama, dengan kata lain orang yang beragama adalah orang yang
mau menasehati antar sesama.
Didalam Syarhu Arbain Nawawi disebutkan bahwa:
عن أبى رقية تميم الداري رضى الله عنه
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: الدين النصيحة. فقلنا لمن؟ قال: لله ولكتابه ولرسوله
ولأئمة المسلمين وعامتهم
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya:
“Dari Abu Ruqoyyah Tamim Al Dary Rodhiallahu anhu Bahwasanya Nabi
Muhammad saw bersabda: ‘ Agama itu adalah Nasehat’. Kami berkata untuk siapa? Beliau
bersabda:’ untuk Allah, KitabNya, NabiNya dan seluruh pemimpin umat muslim
serta seluruh manusia”[4]
(HR. Bukhori Muslim)
Dalam hadits tersebut dijelaskan
lebih lanjut bahwa agama Islam berdiri tegak diatas upaya saling menasehati,
maka harus saling menasehati antar sesama. Yang dimaksud nasehat kepada Allah
swt adalah beriman kepadaNya, tidak menyekutukanNya, mensucikan diri dari
segala kesalahan, taat kepadaNya dan menjauhi perbuatan yang dilarangNya.
Adapun nasehat kepada RosulNya adalah percaya dan membenarkan risalah-risalah
Nabi, beriman kepadanya, menghormatinya dan melaksanakan ajaran-ajarannya.
C. QS. As-Sajdah Ayat 24
Artinya:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka
meyakini ayat-ayat kami.
Maksudnya adalah tatkala mereka sabar
dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan dalam menjauhkan
larangan-larangan-Nya, membenarkan para Rasul-Nya dan mengikuti risalah yang
diberikan kepada mereka, niscaya mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk kepada kebenaran dengan perintah Kami, mengajak kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma`ruf dan melarang kemunkaran. Kemudian, ketika mereka
mengganti, merubah, menakwil dan menghapuskan kedudukan tersebut, maka jadilah
hati-hati mereka kasar dengan merubah kalimat dari tempatnya, tidak beramal
shalih dan tidak beri`tikad benar.[5]
Pengkhususan sabar terdapat dalam
tiga hal; yakni sabar dikala sempit, sedang menderita dan sedang dalam keadaan
perang.[6] Sedangkan
manusia sudah selayaknya selalu bersabar dalam setiap kesempatan, sebagai
penekanan bahwa apabila didalam ketiga kondisi tersebut seseorang bisa sabar,
maka sudah tentu ia akan mampu menghadapi kondisi-kondisi buruk lainnya. Kita
hendaknya sabar dalam segala hal, karena dalam alquran telah disebutkan bahwa
orang yang sabar itu akan selalu bersama Allah swt.
D. QS. Al-Anbiya’ Ayat 73
“Kami
telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan
kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah
mereka selalu menyembah”.
Pemimpin yang
dimaksud adalah pemimpin yang selalu memberikan petunjuk kepada kebenaran,
selalu mengajak kepada kebajikan seperti mendirikan sholat, zakat dan
sebagainya yang mengarahkan kepada penegakan rukun Islam dan rukun Iman. Selagi
mereka (pemimpin) masih memberi petunjuk kepada kebaikan kita wajib
melaksanakannya, namun ketika mereka memberikan perintah untuk maksiat kepada
Allah dan Rosul-Nya maka kita tidak wajib mentaatinya. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw yang
berbunyi :
وقال لا طاعة فى معصية الله إنما الطاعة فى المعروف
Artinya : “
Tidak ada ketaatan didalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya keaatan itu
hanyalah didalam berbuat kebajikan”.[7]
E. Hadits-hadits
1.
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
مامن أمير يلى أمر المسلمين ثم لا يجهد لهم وينصح إلا لم يدخل معهم الجنة
Artinya: “Tidak ada seorang pemimpin pun yang
mengurusi perkara umat muslim kemudian dia tidak bersungguh-sungguh bekerja
untuk mereka dan tidak memberikan nasehat maka dia tidak akan masuk surga
bersama mereka”.[8]
2.
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته، فالإمام
راع ومسئول عن رعيته، والرجل راع في أهل بيته ومسئول عن رعتيه، والمرأة راعية في بيت
زوجها ومسئولة عن رعيتها، والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته، والرجل راع فى
مال أبيه ومسئول عن رعيته.) رواه البخاري و
مسلم(
Artinya: “ Semua kamu adalah pemimpin dan
bertanggungjawab atas kepemimpinannya, Imam adalah pemimpin dan
bertanggungjawab atas kepemimpinannya, laki-laki itu pemimpin didalam
keluarganya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya, wanita itu pemimpin
didalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya, pembantu itu
adalah pemimpin didalam menjaga harta majikannya dan bertanggungjawab atas
kepemimpinannya, seorang anak itu pemimpin didalam menggunakan harta ayahnya
dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya. (HR.
Bukhori – Muslim)[9]
KEPUSTAKAAN
Abdullah, dkk, Tafsir Ibnu Katsir,
terj, Jilid 6, CD-ROM, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafii, 2004)
Almath,
Muhammad Faiz, 1100 Hadits Terpilih, terj. No. 20, Cet. I, CD-ROM,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1991)
Al-Jakarti,
Iyas, Hakikat Islam, Cara Mudah Memahami Diri Sendiri Tuhan dan
Kehidupan, CD-ROM, (Bogor: Padri Baru, 2014)Hayyie, Abdul, dkk, Asbabun
Nuzul; Sebab Turunya Ayat Alquran, terj. Cet. I, CD-ROM, (Jakarta: Gema
Insani, 2008)
Jazuli, Ahzami Samiun, Kehidupan
dalam Pandangan Al-Quran, terj, Cet. I, CD-ROM, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006)
Haidhir,
Abdullah, Hadits Arbain Nawawi, terj, No. 7, CD-ROM, (Arriyadh: Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010)
Shahih Muslim, CD-ROM, tt.
[1] Abdul Hayyie
dkk, Asbabun Nuzul; Sebab Turunya Ayat Alquran, terj. Cet. I, CD-ROM,
(Jakarta: Gema Insani, 2008) 172
[2] Iyas Al
Jakarti, Hakikat Islam, Cara Mudah Memahami Diri Sendiri Tuhan dan
Kehidupan, CD-ROM, (Bogor: Padri Baru, 2014) 68
[3] Shahih
Muslim, No. 3404, CD-ROM, tt.
[4] Abdullah
Haidhir, Hadits Arbain Nawawi, terj, No. 7, CD-ROM, (Arriyadh: Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010) 27
[5] Abdullah, dkk,
Tafsir Ibnu Katsir, terj, Jilid 6, CD-ROM, (Bogor: Pustaka Imam
Asy-Syafii, 2004) 434
[6] Ahzami Samiun
Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan Al-Quran, terj, Cet. I, CD-ROM, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006) 85
[7] Shahih
Muslim, No. 3424, CD-ROM, tt.
[9] Muhammad Faiz
Almath, 1100 Hadits Terpilih, terj. No. 20, Cet. I, CD-ROM, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1991) 167
No comments:
Post a Comment